Latest News
joko hendarto universitas hasanuddin dokter malaria

Mak Lia

Siapa salah satu ikon Fakultas Kedokteran UNHAS yang tak tergantikan? Mak lia. Ya, nenek-nenek tua yang sejak jaman saya sekolah kedokteran sudah jualan permen, snack dan minuman di samping kantor senat mahasiswa. Tempat mahasiswa kedokteran sering ngutang tanpa pernah ditagih. Jangan-jangan ada yang lupa bayar ya Sampai pernah saya melihat ada senior dokter yang datang ke beliau, ngobrol dan saat mau pergi senior itu memberikan sejumlah uang, katanya untuk bayar kalau dulu sempat saat mahasiswa ada utangnya yang belum dia bayar.

Mak Lia akhirnya jadi istilah tempat saat itu, pokoknya seluruh pertigaan koridor samping senat dulu, kini jadi kantor faal, disebut, "Mak Lia". Disampingnya dulu ada meja tempat mahasiswa kedokteran zaman itu ngobrol sehabis kuliah sambil main domino di sore hari. Dulu hiburannya memang sedikit sih ya.

Tempat itu juga jadi semacam terminal lalu lintas informasi, orang bisa menitip pesan disana karena nampaknya semua mahasiswa FK dalam satu hari pernah lewat disitu. Dulu belum ada HP soalnya. Caranya sederhana, tulis pesan untuk si kawan. Kasih ke Mak Lia, kalau orangnya lewat dikasihlah kertas itu. Hebatnya Mak lia ini bisa mengenal begitu banyak mahasiswa Kedokteran hingga pesannya tepat. Sama juga kalau ada yang nitip buku, jas lab, apa saja. Saya tidak tahu kalau ada yang pernah nitip surat cinta. Pokoknya titip saja di Mak Lia.

Nah jangan heran saat “mace-mace”, pedagang asongan seperti mak Lia dilarang berdagang di dalam kampus, mahasiswa kedokteran pun sontak berdiri ikutan mendemo rektorat. Padahal jarang-jarang loh mereka ikutan demo, Ketua BEM-nya dr. Alfian malah jadi kordinator aksi se-UNHAS dan rektornya saat itu sudah Prof. Idrus dari Kedokteran. Ya, karena ada ikatan emosional yang begitu kuat.

Dekan saat itu, Prof. Irawan Yusuf sampai-sampai membangunkan tempat khusus di bawah mesjid untuk menampung para pedagang yang dulunya berjualan di sekitar koridor kampus itu.Tempat yang kita sekarang kita kenal sebagai kantin Mak Lia.

Tapi siapa sebenarnya mak Lia ini sampai orang seperti Do'I pun sangat menghormatinya? Saya baru tahu jawabannya beberapa saat yang lalu saat sempat berbincang-bincang dengan Prof. Irawan ketika beliau berkunjung ke Kanazawa. Kami mengobrol ngalor ngidul banyak hal, hingga entah mengapa sampai juga ke soal Mak Lia ini.

Ternyata mak Lia dan keluarganya adalah salah satu pemilik tanah yang kini ditempati kampus UNHAS berdiri. Kalau bahasanya Prof saat itu, dulu mereka pernah diminta pergi dari tanahnya agar kampus bisa berdiri, masak sekarang numpang cari makan sedikit di bekas tanahnya pun tidak bisa. Dan tahu kan dulu zaman Suharto, kalau negara sudah meminta, pilihannya dua, berikan atau dicap subversif dan (bisa) dihilangkan.

Jadi kawan-kawan mungkin sekarang cukup mengerti kenapa ibu tua ini dicintai oleh mahasiswa dan alumni Fakultas Kedokteran UNHAS. Jadi jangan ragu-ragu belanja di kantin dimana mak lia dan teman-temannya berada. Selain karena kopi susu, indomie telur, bakara' goreng dan bakwannnya "juara", ini juga pemihakan kita untuk membantu mereka. Ya, mereka juga punya hak hidup atas tempat yang kita tempati sekarang menuntut ilmu. Jangan lupa titip salam ke mereka agar tetap menjaga kebersihan. Hahaha.