Latest News
joko hendarto universitas hasanuddin dokter malaria

Kak Nunu' dan Insiden Ketupat

Saat masih di Sumba, saya pernah di-SMS seorang adik TBM. Dia bertanya, apakah saya bisa ikut jalan-jalan naik gunung untuk prosesi penyambutan anggota baru. Tradisi yang terus bertahan hingga kini. Bahkan saat sudah di Jepang pun tak jarang saya masih mendapatkan SMS itu, mengajak para senior yang berkenan untuk naik gunung lagi. Dan entah mengapa SMS itu mengingatkan pengalaman dikdas pada saat saya menjadi panitia dulu. Angkatan 05 kalau tidak salah. Acara lapangannya di Lembah Ramma', kaki gunung Bawakaraeng. Ini namanya saja yang lembah, tapi jalan ke sana lebih banyak mendakinya. 

Apa yang saya ingat? Seorang senior, bernama kanda Nunu’, Husnul Mutmainnah, sekarang spesialis anestesi di Bantaeng. Angkatan 97 di kedokteran. 03 di TBM. Saat itu beliau adalah steering lapangan, mengomandoi sepasukan panitia yang bertugas sebagai "kuda beban" untuk acara lapangan. Istilah untuk para porter yang bertugas mengangkut seluruh alat dan logistik acara lapangan. Sebetulnya melelahkan, tapi entah kenapa kok senang juga ya, mungkin saat itu opa masih muda sekaligus untuk menarik perhatian para anggota baru, " Lihat tu kakak-kakak seniormu, walaupun kurang gizi tapi kuat ngangkat kerel seberat itu". Yang saya ingat dulu ada Anto Lebang, Yufriadi Yunus, Mulyono Sigit, Apri Randa Bunga, dan Sarifuddin.

Nah, kak Nunu' ini kebetulan jadi steering yang mendampingi para porter. Kordinator kami saat itu adalah Adianto Lebang, pemain basket, sekarang dokter di Sangatta. Cerita dimulai saat di hutan pinus kampung paling pertama di malino sebelum menuju lokasi. Waduh saya kok lupa namanya. Kak Nunu', ini masih mondar-mandir. Nampaknya sibuk sekali. Entahlah karena memang saat lagi sibuk ngurus acara ataukah sibuk karena ada yang bening yang dia lihat. Setiap ditanya," Kak mau bawa kerel yang mana?". Dia dengan ringannya menjawab yang mana saja, " Kalau perlu saya bawa dua". 

Saya tidak tahu apa kah sebuah kecelakaan atau bukan, namun yang tersisa cuma ada satu kerel kecil. Isinya sekitar 65-an liter atau kurang dari itu. Ditinggalkanlah kerel itu untuk beliau. Sempat ia berkata, " Kok kerelnya kecil sekali ya?". Mungkin dia takut tidak akan nampak gagah dengan kerel sekecil itu.

Berangkat lah kami setelah seluruh rombongan lain berangkat. Tinggal kak Nunu' dibelakang dengan beberapa orang. Saat itu kami didampingi oleh kanda Cuba', sekarang spesialis Patologi Klinik. Terkait dengan pendamping memang ada sedikit perbedaan tergantung latar belakang mereka. Kak Cuba', kebetulan juga aktif di Korpala, pecinta alam, jadi setiap ada tempat yang indah, singgah lagi ngopi-ngopi, merokok-merokok. Hehehehe. Beda sekali kalau yang dampingi misalnya kak La Ode Syahrizal yang latar belakangnya SAR, wah sangat efisien, berhenti hanya ditempat yang telah ditentukan.Waktunya pun tidak boleh lewat sedetik pun.

Kembali ke kak Nunu', saat lagi ngopi-ngopi di sebuah tempat, ada rombongan senior yang baru datang dari makassar lewat. "Kau apai itu Nunu' di belakang?. Kenapa sebentar-sebentar dia singgah sambil menyumpah-nyumpah. Semua benda dia maki-maki, biar pohon juga.". Kami pun saling berpandangan. Ndak mudeng sama sekali.

Singkat cerita sampailah kami di lokasi dikdas, semua peserta, senior sudah lengkap. Sore hampir menjelang kok rombongan terakhir belum datang juga ya. Dikirimlah pencari jejak, jangan-jangan mereka tersesat. Tak lama kemudian muncullah kanda Nunu' dengan rombongannya. Ia datang dengan langkah gontai dan napas teresengal-sengal sambil membuang kerelnya ke tengah-tengah kumpulan orang. Dengan wajah merah sambil menyumpah-nyumpahi kenapa kerel sekecil itu berat sekali katanya.

Akhirnya salah seorang membuka kerel itu dan ya Allah isinya cuma dua benda, "beras dan ketupat". Pecahlah tawa seluruh orang yang ada di tempat itu. Bagaimana tidak berat, kerelnya penuh dengan beras dan ketupat. Dibawa naik gunung pula. Entah siapa yang ja' dala' mengisi kerel itu dengan beras dan ketupat saja dan meminta seorang senior mengangkatnya. Ini mau naik gunung atau mau ngangkut beras ke kapal di pelabuhan. Bawa ketupat pula kayak mau nyambut lebaran saja. Untuk menghibur kak Nunu' seluruh porter dipanggi dan kami pun dapat jatah hukuman malam itu.

Namun itulah menyenangkannya di TBM, banyak cerita lucu lain yang terjadi saat acara lapangan seperti ini. Insiden ketupat ini mungkin yang akan paling terekam manis. Masih suka ketawa sendiri membayangkan wajah kak Nunu' saat itu dikerjai yuniornya. Mudah-mudahan beliau tidak lupa dan tidak trauma dengan ketupat. Anggaplah ini permohonan maaf atas kesalahan saat itu. Hahaha.