Latest News
joko hendarto universitas hasanuddin dokter malaria

Ketika Orang Jepang Belajar Islam

Saya takjub hari ini melihat begitu banyak kawan-kawan Jepang yang hadir dalam acara bincang-bincang seputar islam yang dilakukan oleh Ishikawa Moslem Society di mesjid Kanazawa. Saya hitung ada sekitar 26 orang yang hadir, tua, muda, laki-laki, perempuan. Ada dari mereka yang datang dengan pasangannya, bahkan membawa anaknya.

Kami tak mengira akan sebanyak itu yang datang hingga kawan yang menyiapkan konsumsi sempat sedikit panik. Mudah-mudahan makanannya cukup, biasanya yang datang dari kawan-kawan Jepang ini tak lebih dari 10 orang katanya. Untungnya cukup.

Nah kenapa saya takjub, Islam mungkin agama yang masih kurang dimengerti oleh kawan-kawan Jepang. Sedikit sekali informasi yang sampai ke mereka, selain pada dasarnya agama di Jepang adalah soal yang sangat personal bagi seseorang. Oleh karena itulah agama tidak diajarkan di sekolah dan juga tak ada libur karena hari raya agama.

Mereka sangat longgar tentang agama. Mereka bisa mengikuti ritual berbagai agama tanpa mau mengafiliasikan diri sebagai penganut agama tersebut. Mereka merayakan natal. Kadang mampir ke kuil budha, tapi tetap juga percaya dengan tradisi shinto. Dan besok sebagian besar juga dari mereka akan merayakan valentine.

Misinformasi yang berujung pada sentimen negatif ini beberapa saat yang lalu sempat menguat saat ada seorang jurnalis Jepang yang dipenggal oleh ISIS. Di lab saya, walaupun kawan-kawan itu tidak terang-terangan menyatakan sikapnya tapi pernah mereka nanya, "Joko san, apakah islammu sama dengan ISIS?". Tentu saja tidak jawab saya. Saya lalu saya bercerita bagaimana islam yang dipraktekkan sebagian besar orang Indonesia.

Dan tadi pun demikian, saya agak surprise dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta diskusi. Tidak hanya menyangkut soal halal yang menjadi tema utama pertemuan kali ini, tapi merambah banyak hal.

Mengapa sholat jumat harus ada, bukankah itu mengurangi jam kerja? Kok perempuan tidak ikut sholat jumat? Kenapa tempat perempuan dan laki-laki dibedakan? Sampai ke soal ISIS? Dan perbedaan karakteristik islam timur tengah dan asia tenggara.

Seperti yang saya tulis sebelumnya di status FB saya, ternyata para peserta itu mengerjakan "PR-nya". Mereka tidak datang dengan kepala kosong tapi juga terlebih dahulu mencari tahu apa sih islam itu lalu mengkonfirmasi itu pada penganutnya.

Tentu saja untuk orang-orang kritis dan rasional seperti mereka, kita tidak bisa mengatakan, "Sudah seperti itu. Dan kebenaran tentang itu tak lagi bisa dipertanyakan". Tapi ya mereka butuh penjelasan yang baik dan juga penuh kesabaran tentang agama ini.

Saya kira pendekatan penuh persahabatan seperti ini harus terus dilakukan tidak hanya di Jepang, namun dimana pun itu saat hendak mengenalkan islam. Bahkan tadi ada seorang bapak tua yang kelihatannya sangat "exciting" dengan sholat, dia meminta penjelasan dan tak cukup dengan itu, dia pun ingin merasakan sendiri pengalaman sholat itu. Dia menyisip dalam shaf sholat duhur kami.

Mungkin terlalu awal jika satu pertemuan bisa mengubah iman seseorang. Ah soal itu, bagi saya biarkanlah menjadi urusan-Nya. Siapa yang hendak DIA berikan hidayah. Tapi setidaknya pertemuan hari ini bisa mengenalkan islam yang berbeda dari wajah islam yang selama ini cuma mereka kenal dari media. Bisa menjadi tempat untuk mendialogkan iman secara terbuka dalam suasana bersahabat. Setidaknya jika pun kita tidak bersaudara dalam iman setidaknya kita bersaudara dalam kemanusiaan.

Terima kasih bapak ibu yang tadi sempat hadir dalam acara ini. Kita semua belajar banyak hari ini. Semoga kegiatan seperti ini bisa berlanjut secara teratur di masa depan. Amin.

(Kanazawa, 130216)'