Latest News
joko hendarto universitas hasanuddin dokter malaria

Professor dan Ibunya

Beberapa waktu yang lalu, seorang professor kami di lab yang telah pensiun singgah. Dia ahli malaria dan nyamuk. Semasa aktif, penelitiannya banyak dilakukan di pedalaman Sarawak, Malaysia.
Saya kurang tahu kisaran umur beliau ya, mungkin diatas 70-an, sudah sangat sepuh. Saat itu dia singgah untuk berterima kasih pada saya karena telah memintakan alamat email seorang koleganya di Indonesia, yang kebetulan istri supervisor saya.
Gila kan, Professor bela-belain ke lab untuk mengucapkan terima kasih karena hal seperti itu. Namun bagian yang paling membuat saya terpana adalah saat dia berkata.
"Maaf Joko san, baru bisa singgah sekarang. Tiga hari yang lalu saya harus pulang ke Toyama. Kampung ibu saya. Beliau jatuh sakit dan sedang dirawat rumah sakit"
Ibu beliau sakit, berapa umurnya? Pastinya diatas 90 tahun kalau tidak 100 tahunan. Tapi saya tidak bertanya lagi. Beliau mengatakan itu dengan raut wajah sedih. Saya cuma mengatakan semoga ibunya cepat sembuh Prof.
Selama ini saya kerap mendengar bahwa orang Jepang setelah dewasa dan berkeluarga, sangat berjarak dengan orang tuanya. Anak hidup sendiri-sendiri dan orang tua juga menua sendiri di panti Jompo. Boleh jadi mereka dirawat lebih baik disana, ketimbang merepotkan sang anak dan keluarganya.
Tapi anak, tetaplah seorang anak. Dia anak dari seorang ibu dan bapak, itu tak bisa berubah. Orang tidak bisa mengatakan dia mantan ibu atau bapak saya bukan, sekeras apa pun mungkin hubungan yang pernah ada diantara mereka.
Dan Professor yang sepuh itu telah mengajarkan pada saya siang itu, cinta tak pernah menua. Apalagi untuk seorang ibu. Saat pulang mungkin beliau terjaga sepanjang malam, menunggu dengan cemas. Siang itu katanya harus buru-buru kembali lagi ke Toyama, menemani ibunya.
Jadi jika kawan-kawan masih punya orang tua, bapak atau ibu. Bersyukurlah, mungkin hari ini mereka tengah menunggu kabar dari anaknya, setelah sekian lama. Tak perlu menunggu berita kalau mereka kurang sehat bukan untuk memberi perhatian. Mumpung masih ada waktu menyayangi dan mencintai mereka lebih lagi.
Untuk mereka yang telah kehilangan salah satu atau keduanya, mari mendoakan mereka. Meneruskan hal-hal baik yang mereka tinggalkan. Selamat merayakan hari selasa.
(Kanazawa, 260116)