Latest News
joko hendarto universitas hasanuddin dokter malaria

Dokter Maisuri, Mahasiswa dan Ibu Hamil


"Every Pregnancy is special"

Dulu saya pernah bercanda, menggoda seorang kawan dosen kedokteran dari FK UMI, binaan fakultas kami ketika itu.

"Wah FK UMI semakin bagus ya, sudah banyak juga orang-orang mudanya yang hebat. Kayaknya dr. Suri sudah bisa diajak pulang ini ke rumah, ke Tamalanrea"

"Ihhh, jangan ki' "

Hehehe. Itu cuma candaan saja. Akhirnya saya yang lebih sering datang ke UMI, berkonsultasi ke beliau tentang satu program bagus yang saat itu sepertinya jalan di tempat, "Satu Mahasiswa, Satu ibu hamil, Satu bayi untuk 1000 hari kehidupan".

Sebuah ide yang pertama kali digagas oleh Prof. Irawan Yusuf, dieksekusi oleh bagian IKM. Namun saya sadar kerjaan ini terlalu besar untuk kami di tengah begitu banyak keterbatasan baik SDM maupun pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

Nampaknya saya datang pada orang yang tepat. Bagian paling mengesankan dari beliau saat akhirnya terlibat, mengambil alih kordinasi program ini adalah antusiasme dan juga passion yang serasa tak pernah habis. Ini bagian dari membangun negeri katanya, mempersiapkan generasi yang lebih baik.

Programnya sederhana. Saat seorang mahasiswa kedokteran UNHAS baru masuk ke fakultas, maka mereka akan mendampingi seorang ibu hamil, lalu mendampingi bayi yang dilahirkannya hingga berumur 1000 hari. Dan ibu-ibu hamil itu adalah mereka yang ada di daerah rural, di pinggir-pinggir kota Makassar. Saat itu kita mulai di sekitar Paotere, Ujung Tanah.

Apa sih yang bisa dilakukan mahasiswa kedokteran yang baru itu. Pengetahuan mereka belum punya, keterampilan tidak ada?

Kita buat mudah kata dokter Maisuri, hal paling penting yang harus mereka lakukan adalah mengenali hal-hal sederhana. Jadilah mereka diajarkan bagaimana mengenali "kehamilan beresiko" pada ibu hamilnya, meminta mereka mengedukasi ibu-ibu hamilnya jika menemukan keadaan itu, melaporkannnya pada supervisor, bidan dan puskesmas setempat. Ya, bukankah tingkat kematian ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi, salah satunya karena mereka tidak tahu bahwa kehamilannya beresiko.

Untuk bayinya, kita akan minta bagian anak untuk mengajarkan mereka hal yang sederhana juga, penilaian status gizi, pentingnya ASI ekslusif, imunisasi, penanganan awal diare. Padahal saya dulu sudah berpikir njelimet sekali tentang program ini. Beda memang ya guru dengan murid. Hehehe.

Bagian terbaik dari program ini kata beliau adalah untuk membangun empati para calon dokter itu tentang masyarakat di sekitarnya. Ya, bayangkan mahasiswa kedokteran di akhir pekan, sekali atau dua kali sebulan, harus masuk ke luar lorong, mengunjungi rumah-rumah ibu hamil dan bayinya di daerah pinggiran Makassar. Boleh jadi kondisi rumah dan kehidupan mereka tidak sebagus yang selama ini mereka rasakan. Biarkan mereka menyerap itu langsung dalam kehidupan nyata katanya.

Saking eratnya kadang hubungan emosional ini, ada beberapa mahasiswa yang tak jarang menyisikan uang jajannya, membelikan buah tangan untuk ibu hamil atau adek bayi yang dipantaunya setiap kali berkunjung. Ada juga ibu yang memberi nama anaknya sama dengan nama mahasiswa yang jadi pendamping mereka, supaya jadi dokter juga katanya nanti. Hehehe. Dan ada keluarga yang bahkan bela-belain datang saat sang kakak mahasiswanya diwisuda.

Saya tidak mengikuti kelanjutan program ini lagi, tapi kayaknya semakin bagus di tangan beliau. Semakin banyak bagian lain yang terlibat menjadi supervisor adek-adek itu. Kini juga telah dijadikan ikon oleh fakultas. Beliau pun sering sekali saya lihat diundang berbicara, menyebarkan "virus" yang sama pada fakultas kedokteran lain yang ingin menirunya.

Ya, every pregnancy is special. Saya suka kalimat itu saat suatu ketika beliau membawakan pelatihan untuk adik-adik mahasiswa sebelum berjumpa ibu hamilnya. Pada adik-adik ditanamkan bahwa lupakan ini hanya sebagai sebuah tugas. "Kalian adalah orang-orang terpilih yang sedang belajar untuk mencintai, memelihara kehidupan, ikut merawat Indonesia"

Dan tahu tidak program ini bukan semacam "proyek", dimana mereka yang terlibat diberi tambahan gaji atau honor. Ini kerja kemanusiaan bagi orang yang ingin ikut memperbaiki republik ini kata beliau. Tidak cuma dikotbahkan dan didebatkan, tapi dilakukan.

Bagian inilah yang membuat saya bertambah kagum. Kurang sibuk apa sih beliau, jadi Wakil dekan dua periode di FK UMI, mengajar mahasiswa S1, S2, S3 dan residen PPDS. Belum lagi harus melayani pasien di rumah sakit dan klinik, menolong persalinan, melakukan operasi. Tapi masih mau mencemplungkan diri untuk kegiatan-kegiatan seperti ini.

Terberkatilah kami di Fakultas kedokteran Unhas yang punya banyak senior dan guru seperti beliau. Passion dan staminanya itu loh yang harus kita tiru orang-orang yang lebih muda dan utamanya untuk adik-adik mahasiswa. Saat ini beliau sedang sibuk-sibuk mengurus Pertemuan Ilmiah Berkala dan juga Reuni Akbar FKUH. Semoga tetap sehat dok untuk kita semuanya. Amin.

(Kanazawa, 200116)